Tari Topeng Hudoq dan Bukung biasa ditampilkan di acara ritual adat.


Topeng tak hanya merepresentasikan sosok atau karakter manusia. Topeng pun juga bisa mewakili kehadiran hantu. Inilah yang muncul dalam pertunjukan tari Topeng Bukung dari Kalimantan Tengah, yang dipentaskan dalam program Maestro! Maestro! #7 Tari Tradisi, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Selasa (4/12) pukul 20.00 WIB.

Program Maestro! Maestro! diadakan oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta yang khusus dipersembahkan bagi para maestro tari tradisi di Indonesia. Menginjak program ketujuh ini, Maestro! Maestro pada Selasa (4/12) menampilkan tari topeng dan dilanjutkan hari Rabu (5/12) dengan mementaskan tari Gandrung Banyuwangi, Legong Bali, dan Remo Jombang.

Pada hari pertama, tampil tari Topeng Bapang dari Kalimantan Tengah yang ditampilkan oleh Bapak Cing'An, Topeng Hudoq dari Kalimantan Timur oleh Bapak Belawing Belareq, Topeng Bapang dari Jawa Timur oleh Bapak Chattam Amat Redjo, dan Topeng Bali oleh Bapak Ida Bagus Gede Mambal.

Pada hari kedua (5/12), tampil tari Gandrung Banyuwangi dari Ibu Temu Mesti, Legong Keraton oleh Ibu Ni Ketut Arini, dan Remo Jombang oleh Bapak Ali Markasan.

Saat pertunjukan pertama, penampilan mengesankan datang dari daerah Kalimantan. Baik tari Topeng Bukung dan Hudoq, menyuguhkan suasana dan rasa mistis yang berangkat dari ritual khas daerah tersebut.

Dalam tari Topeng Bukung yang malam itu ditarikan 10 orang, penonton diajak untuk memasuki upacara ritual Tiwah, yaitu ritual pengangkatan pembersihan tulang dan menyimpannya ke dalam Sandung (rumah kecil khusus untuk menyimpan tulang).

Ritual ini biasa dilakukan suku Dayak Ngaju yang memeluk agama Kaharingan yang meyakini sebelum tulang diangkat dari kubur dan dicuci sampai bersih, lalu disimpan di Sandung, arwah yang meninggal belum sampai ke Lewu Liau (surga/alam baka).

Topeng Bukung merupakan bagian dari ritual ini dan biasanya menggambarkan sekelompok hantu. Para penari mengenakan topeng yang menyerupai manusian, binatang, dan tumbuhan yang melambangkan suasana sukacita mengantarkan arwah ke alam baka.

Dalam tarian ini, dilibatkan karakter-karakter Bukung Tuan (menyerupai manusia), Bukung Metu (topeng berbagai bentuk binatang dari yang ada di udara, laut, dan air), dan Bukung Bungkus (seluruh anggota tubuh dibungkus dedaunan seperti daun pisang).

Kesan mistis dan sakral juga tampak di tari Topeng Hudoq yang ditarikan enam penari. Empat penari muncul terlebih dulu di atas panggung dengan kostum dari bahan dedaunan kering dan topeng menyerupai burung raksasa.


Di Kalimantan Timur, Hudoq ditarikan pada akhir masa tanam padi dengan harapan kesuburan lahan pertanian. Ritual Hudoq bertujuan untuk memanggil kembali segala roh kehidupan yang telah meninggalkan manusia agar kembali ke tempat yang seharusnya.

Dalam tradisinya, para penari Hudoq harus pergi keluar desa sambil mengenakan pakaian Hudoq tanpa boleh dilihat orang lain selain sesama penari. Kemudian menjelang senja, mereka kembali bersamaan memasuki kampung dan mulai menari di halaman Rumah Adat.

Dua tarian dari Kalimantan ini memperlihatkan kekayaan tradisi Indonesia yang memperlihatkan bagaimana kesenian menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat.

#Beritasatu


Artikel Terkait:

Site search

    My Book Collection

    Link Exchange

    Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali javascript:void(0) Suliswanto
    Flag Counter

    Follow This Blog

    Total Penayangan