Masuk Akalnya Kearifan Budaya Leluhur

Posted by Suliwanto On 09.04




Tulisan diambil dari  : duniaspasi-duniaspasi.blog

Ketika diberi tahu tentang segala aturan yang sudah menjadi kebiasaan para leluhur oleh orangtua kita, terkadang langsung menyangkal dan tidak membenarkannya.
Serta merta akan menganggap itu adalah adat yang kolot dan tak patut ditelusuri untuk dipelajari atau diselami maknanya.

Padahal tak semua kearifan dan adat leluhur itu bertentangan dengan logika dan agama. Banyak sekali nilai positif yang bisa diambil dari semua petuah orangtua tersebut.

Saya sendiri yang sering melakukan perbincangan dengan nenek buyut ketika beliau masih ada. Sangat banyak hal menarik yang perlu diketahui. Saya biasanya memerhatikan keseharian nenek buyut saya di rumahnya.

Biasanya saya suka memerhatikan adat dalam hal memasak dan kuliner ketika berlibur di rumah Uyut saya dulu.

Setiap hari ketika hendak memasak nasi, ketika mengambil beras dari gentong, beliau selalu menjumput segenggam beras dari satu wadah yang telah di ambilnya. Lalu dimasukan ke dalam wadah tertutup lainnya. Hal ini dilakukan agar suatu saat kekurangan persediaan beras, akan ada simpanan beras cadangan dalam wadah lain.

Pada suatu hari, saya dan semua sepupu yang sama berlibur di rumah Uyut, siang hari kami ingin merujak buah mangga yang berbuah lebat di halaman rumah Uyut. Dengan semangat kami menyediakan peralatan merujak, mulai dari cobek, ulekan, bumbu rujak dan buah mangga. Kami berbagi tugas. Ada yang mengupas mangga, mengulek bumbu dan menyiapkan wadah. Saya kebagian menyiapkan wadah, adik saya mengupas mangga. Adik saya langsung menyayat kulit mangga dari pangkal buah yang tidak ada tangkainya. Dengan segera Uyut memberi tahu bahwa mengupas buah-buahan harus dari pangkal buah bekas tangkainya. Kalau mengupas dari pangkal yang tidak ada tangkainya buah akan pahit. Kata Uyut. Padahal maksud Uyut agar mudah digenggam dan dikupas.


Ketika sepupu saya mengulek bumbu rujak dan kecapean lalu minta sepupu yang satu menggantikannya, uyut juga memberi tahu bahwa berganti-ganti ketika mengulek bumbu di cobek adalah pamali dan nantinya rezeki yang ia peroleh akan diambil sama orang yang mengambil alih pekerjaan itu. Lalu sepupu saya mengerjakan tuntas mengulek bumbu rujak sampai selesai karena takut rezekinya di ambil alih. Padahal di balik mitos ini tujuan Uyut saya adalah memberi pesan agar kita harus bisa menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas. Jangan ditunda atau melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.


Ketika kami makan bersama, sepupu saya makan tak dihabiskan. Masih ada sisa-sisa nasi di piringnya. Uyut saya memberi warning katanya kalau habis makan dan masih tersisa butir-butir nasi atau lauk, kelak akan mendapatkan pasangan yang buruk rupa atau berwajah kasar. Kami pun berlomba-lomba untuk membersihkan sisa makanan dengan memakannya. Kecuali duri dan tulang ikan. Di balik pesan Uyut, tersirat bahwa jika masih tersisa makanan yang masih layak konsumsi di piring makan kita, itu artinya telah membuang makanan dan mubazir. Sangat pantang membuang makanan yang masih layak.


Dari sekian pesan yang dibungkus mitos oleh para leluhur secara turun temurun tersebut, ada baiknya kita selami makna tersembunyi di dalamnya. Jika para orangtua mengumpamakan dengan sebab akibat yang membuat kita merinding. Itu hanyalah sebuah taktik agar kita mau mematuhinya.


Mematuhi adat yang masih bisa diterima akal sehat secara logis tak ada salahnya untuk dituruti karena pasti ada manfaatnya. Setiap orangtua punya misi pesan yang bertujuan untuk kebaikan generasi penerusnya dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.


Kearifan adat dari leluhur juga dapat mengingatkan akan kendali perilaku sehari-hari. Agar bisa lebih beradab dan disiplin.


Tak semua yang kuno itu kolot dan tak berguna, pasti ada nilai tersembunyi di dalamnya maka kita harus bisa menyelaminya dengan bijak.




Artikel Terkait:

Site search

    My Book Collection

    Link Exchange

    Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali javascript:void(0) Suliswanto
    Flag Counter

    Follow This Blog

    Total Penayangan